Adsense

Jumat, 25 April 2014

Apa Kelemahan Saya, Pak?

Satu pertanyaan yang paling tidak suka saya jawab adalah jika Staf saya meminta untuk dievaluasi kinerja mereka dengan mengajukan pertanyaan : "Apa kelemahan dan kekurangan saya, Pak? Apa yang harus saya lakukan untuk memperbaiki kekurangan ini?"

Saya rasa di perusahaan mana pun hal ini akan terjadi. Ketika seseorang ingin Atasan mengevaluasi kinerjanya, dia selalu menanyakan kepada Sang Atasan apa kekurangan dan kelemahannya, dan bagaimana bisa memperbaiki kekurangan tersebut agar bisa bekerja lebih baik.

Pertanyaan saya : Bagaimana Anda menilai diri anda sendiri? Apakah Anda menilai diri Anda penuh kekurangan dan kelemahan? Atau sosok ciptaan Tuhan yang punya kelebihan yang luar biasa?

Saya belajar bahwa setiap manusia memiliki kelebihan masing-masing. Mereka diciptakan oleh Tuhan dengan wujud, kemampuan, pengetahuan, dan segalanya dengan sangat khas, spesifik, dan unik. Tidak ada orang yang punya kesamaan. Identik, ya. Tetapi tidak pernah ada yang sama.

Karena setiap manusia punya kelebihan yang unik itulah, maka saya merasa tidak punya hak sedikitpun untuk mengkritisi atau pun menilai kelemahan dan kekurangan seseorang.

Atas dasar apa saya menilai kelemahan dan kekurangan mereka? Tentu atas dasar penilaian saya yang sangat subjektif, kan? Karena itulah saya pasti akan menilai dan mengevaluasi mereka dari sudut pandang saya, di mana - sadar atau pun tidak - saya akan "menuntut" orang tersebut menjadi pribadi seperti saya, bukan dirinya yang sebenarnya.

Misalkan saja, saya menilai Staf saya tidak teliti, cengeng, kurang mampu berpikir taktis. Maka secara tidak langsung, saya berharap staf saya bisa berubah menjadi lebih teliti, lebih tegar, dan lebih mampu berpikir taktis layaknya seorang jenderal perang yang mengatur pasukannya. Jika demikian, tanpa sadar, saya sudah meminta dia menjadi diri saya, karena semua hal itu adalah kelebihan yang saya miliki. Nah, kalau dia tidak sanggup seperti saya, lantas apa saya kemudian bilang dia tidak kompeten?

Memandang seseorang tidak kompeten dalam pekerjaannya hanya lantaran orang itu tidak memiliki kemampuan seperti kita adalah cara menilai yang sangat keliru dan tidak objektif. Mengapa kita tidak pernah menilai seseorang dari kelebihan-kelebihannya? Mengapa kita selalu berorientasi pada kelebihan kita dan membuat standar penilaian kompetensi berdasarkan kelebihan kita tersebut? Siapakah kita sehingga kita bisa-bisanya menilai kompetensi seseorang berdasarkan standar kita? Memangnya kita adalah sosok sempurna sehingga kita anggap layak menjadi standar untuk menilai orang lain?
 
Setiap hari di kantor, saya selalu meluangkan waktu minimal 5 menit untuk ngobrol santai atau bincang-bincang santai dengan para staf saya secara pribadi. Dengan cara ini, saya bisa belajar dan menganalisa kelemahan dan kelebihan mereka.

Setelah tahu tentang mereka, saya akan berfokus menggali kelebihan-kelebihan yang mereka miliki tersebut. Saya akan dorong dan setiap saat memberikan kesempatan untuk mereka mengembangkan terus kelebihannya itu, sehingga pada akhirnya tanpa sadar mereka telah menjadi pakar di bidang yang menjadi kelebihan mereka tersebut.

Saya punya beberapa staf yang punya kelebihan masing-masing. Ada yang super ekstrim teliti (titik-koma satu pun tidak terlewatkan olehnya...). Ada yang sangat cerdas dalam bernegosiasi (kalau nawar, pasti bisa dapat yang sangat kompetitif dan sangat mustahil didapat orang lain. Beneran.... Sumpah....!!). Ada yang sangat pandai persuasi dan membujuk orang. Dan ada yang kerjanya sangat cepat sekali dan super multi-tasking (mampu melakukan beberapa pekerjaan sekaligus di waktu bersamaan). Semuanya punya kelebihan yang berbeda-beda dan unik, yang tidak mungkin bisa saya sama-ratakan maupun saya banding-bandingkan.

Memang setiap orang - termasuk saya - punya kelemahan dan kekurangan. Tetapi itu tidak perlu saya ungkapkan. Karena itu tidak penting. Jauh lebih penting jika saya berhasil mengembangkan potensi dan kelebihan yang setiap staf saya miliki. Itu akan membuat mereka lebih berharga, lebih bernilai, dan lebih mensyukuri diri mereka masing-masing.

Bayangkanlah, jika saya menilai mereka berdasarkan kelemahan-kelemahan mereka. Jika mereka adalah orang-orang tekun yang berpikiran sangat ingin maju, mereka akan menuruti penilaian saya tersebut, dan akan mati-matian untuk berubah. Bukan berubah sesuai apa adanya kemampuan mereka, tetapi akan berusaha berubah seperti apa maunya dan kemampuan saya.

Akibatnya?

Orang tersebut akan lelah dan frustrasi karena tidak akan pernah bisa menjadi seperti apa maunya saya. Mereka tidak akan pernah bertumbuh karena selalu menjadi seperti saya, padahal mereka sendiri punya kapabilitas yang jauh lebih baik daripada saya. Cukup disayangkan, karena orang itu tidak akan bertumbuh dan lama-lama akan stagnan. Tidak akan pernah tumbuh. Hanya tinggal menunggu waktu saja baginya untuk resign, karena tidak mampu "perform" dan berprestasi.

Lain soal jika saya memusatkan pada kelebihan yang mereka miliki. Toh kelebihan itu sudah ada pada diri mereka. Anda tahu apa yang akan terjadi? Sangat dasyat !! Dia akan menjadi "manusia super" yang hebat, kuat, dan tangguh.

Karena itu, jika Anda pernah jadi staf saya dan pernah bertanya, "Apa kelemahan saya, Pak?", maka maafkan saya jika tidak pernah saya tanggapi. Saya tidak pernah melihat kelemahan dan kekurangan ada pada dirimu. Saya hanya melihat KELEBIHAN & KEKUATAN-mu ....




Tidak ada komentar:

Posting Komentar